Tes Sebagai Alat Bantu Pembelajaran - CERDIK ONLINE

Latest

Minggu, 30 Oktober 2022

Tes Sebagai Alat Bantu Pembelajaran

Tes Sebagai Alat Bantu Pembelajaran

Tes tentunya tidak cuma sebagai alat untuk mengevaluasi hasil mencar ilmu penerima bimbing. Akan namun, tes hasil mencar ilmu juga seharusnya mampu menolong dan menjadi penguatan bermacam-macam aspek dalam pembelajaran. Tes dapat membantu baik guru maupun akseptor latih itu sendiri, contohnya untuk memeriksa kesiapan belajar, memonitor proses pembelajaran, mendiagnosis kesulitan mencar ilmu, serta mengevaluasi hasil mencar ilmu akseptor latih.

Tes ialah alat yang paling biasa digunakan dalam mengukur hasil berguru penerima asuh di kelas. Sayangnya, beberapa guru tidak sampai kepada pemahaman beragam fungsi tes lainnya selain sebagai alat penilaian hasil berguru, sebagaimana fungsi-fungsi yang disebutkan di atas. Dan untuk mendapatkan alat atau tes yang cantik guru haruslah memahami bagaimana cara menyebarkan tes dengan baik dan benar. Seseungguhnya, fungsi dari tes yaitu untuk  mengembangkan proses pembelajaran akseptor latih. Itu adalah esensi bekerjsama dari sebuah tes.

Bagaimana melakukan tes di saat proses pembelajaran?
Telah disebutkan di atas bahwa tes yakni alat yang sungguh berfaedah sebagai alat bantu belajar. Karena itu sangatlah penting untuk menjadikan tes selaku bab yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Itulah sebabnya tes harus dirancang tolong-menolong perancangan proses pembelajaran. Jika kita mengamati urutan sebuah proses pembelajaran, maka kita akan mendapatkan 3 bagian utama pembelajaran, adalah: pendahuluan, pada dikala proses pembelajaran berjalan, dan di akhir pembelajaran. Jika guru ingin tes berfaedah dalam proses pembelajaran dan meliputi ketiga tahap ini, maka dia mesti mendesain pertanyaan-pertanyaan untuk ketiga bagian utama proses pembelajaran tadi dengan tujuan tes (pertanyaan-pertanyaan) itu masing-masing.

Metode-Metode dalam Psikologi Pendidikan

Tes Pada Saat Proses Pembelajaran Berlangsung

Pada ketika proses pembelajaran berlangsung, maka guru mampu melaksanakan paling tidak 2 jenis tes, ialah tes formatif dan tes diagnostik. Pada ketika proses pembelajaran berjalan, maka ada 2 pertanyaan penting yang harus dijawab oleh seorang guru, adalah pertama: pada tugas pembelajaran yang mana penerima bimbing telah mengalami kemajuan yang memuaskan, dan pada tugas pembelajaran mana akseptor asuh masih membutuhkan dukungan, dan pertanyaan kedua yaitu: akseptor latih yang mana saja yang mengalami hambatan dalam proses mencar ilmu sehingga membutuhkan remedial?

Ketika guru ingin menjawab pertanyaan pertama, maka guru dapat melakukan tes yang disebut selaku tes formatif. Tes formatif mampu didefinisikan selaku tes yang diberikan kepada penerima ajar dikala proses pembelajaran berjalan untuk mengenali pertumbuhan pembelajaran peserta bimbing pada sebuah segmen pembelajaran tertentu. Pada praktiknya di sekolah guru sering menyebut tes formatif sebagai ulangan harian. Atau ada juga yang menyebutnya sebagai kuis di final bab atau suatu unit pembelajaran. Hasil tes ini harus digunakan untuk meningkatkan pembelajaran, dan seharusnya bukan selaku alat untuk menghakimi akseptor bimbing. Dengan tes formatif guru dapat menyesuaikan pembelajarannya sehingga semua akseptor asuh menerima pembelajaran yang sesuai untuk meraih hasil belajar yang diharapkan sesuai peluangmereka masing-masing. Jika pada tes formatif ada peserta bimbing yang gagal, maka guru mesti mengajarkan ulang (menawarkan pelajaran remedial) kepada mereka sembari memberikan pembelajaran pengayaan kepada akseptor bimbing lain yang sudah berhasil.

Nah, selanjutnya dikala pembelajaran remedial telah diberikan (pelajaran yang diulang) untuk peserta didik yang mengalami kegagalan di tes formatif masih mengalami kegagalan lagi, maka saatnya guru mesti melakukan tes diagnostik. Tes diagnostik ini dijalankan untuk menyelidiki secara lebih mendalam mengapa seorang atau beberapa penerima bimbing mengalami kegagalan dalam pelajarannya padahal sudah dilakukan remedial. Tes diagnostik berupaya mencari penyebab-penyebab kegagalan yang terjadi. Misalnya saja, pada seorang akseptor latih, dalam pembelajaran perihal aturan Coulomb (fisika) perlu didiagnosa di mana kesulitan peserta bimbing tersebut sehingga kesulitan menjawab soal-soalnya, apakah alasannya dia tidak bisa dalam perkalian, pembagian, perkalian bingan berpangkat, mencari akar kuadrat, atau apakah alasannya adalah tidak memahami rancangan dasar fisikanya. Setelah masalah yang dihadapi penerima didik dimengerti, maka guru dapat menunjukkan tunjangan yang lebih sempurna dan efektif untuk setiap akseptor asuh yang mengalami kesusahan dalam belajar. Walaupun seperti terlihat mirip tujuan antara tes formatif dengan tes diagnostik, mampu digarisbawahi bahwa untuk tes diagnostik bermaksud untuk mengusut secara lebih mendalam alasannya adalah-karena kesusahan dan hambatan berguru pada peserta bimbing.
Baca juga: Cara Membuat Soal Online di Google Drive

Tes Pada Akhir Pembelajaran

Di akhir proses pembelajaran dilaksanakan sebuah tes yang disebut sebagai tes sumatif. Tes ini secara praktik dikerjakan oleh guru contohnya pada final pertengahan semester, di akhir semester, di simpulan tahun. Tes ini penting untuk menjawab pertanyaan mirip: Apakah penerima asuh sudah menguasai  peran-peran mencar ilmu untuk suatu mata pelajaran? Apa grade yang harus diberikan terhadap akseptor ajar itu? Ciri khas tes sumatif yakni cakupan bahan pembelajaran yang luas dan banyak. Secara biasa , tes sumatif lebih banyak dipakai untuk keperluan grading (perankingan) atau memilih naik kelas/tidak naik kelas, namun demikian hasil tes sumatif bantu-membantu tetap dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas sebuah proses pembelajaran. Tentu saja efektivitas di sini ialah dalam jangka waktu yang lebih panjang misal setengah semester, satu semester, atau satu tahun pelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Harap komentar dengan bahasa yang sopan